Saturday, March 17, 2007

CATATAN KEMATIAN
andai aku bisa mentolerirnya

AKU UNTUK AYAH

Aku enggan karam secepat ini. kapalku masih sanggup membelah badai.
kau lihat aku menabrak karang
pecahlah semua. Ini belum waktunya matahari berubah menjadi senja.

Aku enggan membuka baju untuk melawan salju.
bunga yang disemat akan layu seutuhnya.
Andai kaulah yang kucari namanya di tumpukkan buku.

abjadmu asing nian, pa!

sekarang ku rangkai lagi.
Sekarang ku rangkai kembali.

huffhhh..
kutelan sebagian duri sebagai empedu nantinya.
meski terkadang sepatuku enggan menginjak debu.

Abjadmu sekarang utuh meski awalnya tak kutemu.
Ku temani kau melabrak gelisah.

Pa...
aku menjagamu seperti baju yang melekat pada tubuh.
sampai pada aku tertidur pulas nanti
Kau yang memangkuku untuk sampai ke ranjang.

Amin-i aku!!

KATA SESUNGGUHNYA..

Kau tak akan kubiarkan surut
Meski selebihnya kaupun harus pulang

Kau tak akan kubiarkan menjadi airmata
Meski setahuku kau pulalah yang ingin menangis

Kau tak akan ku biarkan raib
Meski sesekali kau ingin melepaskan genggaman

KEMUNI

Kau tak perlu karam. Pesiarmu masih kulihat gagah memutar badai.
Kaulah yang Rati sejak dulu menjadi layar kendali.
Kaulah Tiara di Laut lepas, berkuasa disana.
Kaulah Arum yang selalu menjadi arun.
Teruskan perjalananmu menuju himalaya, En!
Dan Kau, Za yang mampu membelah derita.

Setidaknya aku mengenal kalian lebih dalam dari sebelumnya.

REDUP

Aku tak berharap banyak pada embun yang jatuh semalam.
Kenanganku larut sudah dibawa angin ke berbagai sudut.
Telah kujejaki semua yang telah kau tinggalkan.
Begitu pula angin yang telah kumaknai sebagai nafasmu.
Aku kehilangan kata.
semenjak aku gelisah menyambut senja.
kurebah segala aral.
Berpadu di atas jejak kakimu.

Saat ini aku terantuk batu.

Wahai langit..
Biarkan malam tak sampai pada pagi.
Atau jatuhkan tiraimu untuk aku mengambil apa yang telah terampas.
Sujudlah aku di perbatasan malam.
Malam - malam kelabu.

Wahai Cahaya...
Urunglah kau bersinar.
sudahilah baramu yang nyala ini.
Aku kaburkan kau.

Aku masih perlu belajar untuk berdiri lagi seperti sedia kala.

REDUP II

Tak kuhiraukan atas waktu yang memanggil kenangan.
Kenanganku bak kemarau yang tak kutemui oase disana.
Aku berjalan seiring hujan menghempas rerumputan.
Siapa yang tahu aku menjadi pelarian diam - diammu?
Dan sekarang bebanku tak lagi ragu.
Bebanku batu!!!

UNSUR - UNSUR

aku merasa sesaknya malam ini tak biasa.
Aku tak bisa tidur meski kelambu siap menjaga.
Ajalkah yang mendekat?
Aku bahkan tak tahu sampai dimana puisiku bermakna.

Aku sampai pada lorong panjang beujung siluet.
Kukemali sebagian dzat-Nya.
Namun tak pelak aku masih saja nerjalan
Tanpa jejak.

Dunia..
Jika mimpi itu menggertakku lagi
Akan kupahami caramu berputar
seutuhnya..
Dan berilah segenap ruang untuk kawan di seberang.
Aku pergi sebentar menyatukan
bayang.

Ombak..
Aku masih bisa menyatu dengan buihmu.
Kau berikan badaiku tenang.
menyisi didepan sepatu.
Aku menyentuh
Lalu kau pulang ke Laut lepas.

Langit..
Tak bisakah kau keraskan suara
Biarlah sejenak aku mendengar
Apa yang masih kau genggam di mulutmu itu.

Dan akhir dari jejak ini semua
Aku tak lagi mengenali jejakku ke depan.

Ahh...
Seandainya aku bermetamorfosa!!

SELEBIHNYA..

Selebihnya Aku tetap menghargaimu.
seperti yuni yang kerap menyemat bunga di baju.
Seperti Eqi yang akan menoreh senyum di lagu.
seperti Kamu..
yang akan ku simpan di darah
Karamlah bersamanya!!!

No comments: